Mayoritas orang Indonesia dikenal tidak gemar membaca buku. Namun, menurut pengamatan saya, hal ini bukan karena mereka tidak menyukai membaca, melainkan karena kurangnya dorongan atau alasan yang cukup kuat untuk melakukannya.
Ketika saya pertama kali mengenal Digital Marketing saya cukup kesulitan melakukan praktek ketika hanya mendengar dari praktisi yang mengajar. Maka, saya memutuskan untuk mencari buku tentang Digital Marketing untuk belajar. Buku pertama yang saya beli adalah Closing Tiap Hari dari Hermas.
Saya memulai dengan membaca beberapa halaman awal buku tersebut. Penulisan yang jelas dan sederhana membuat saya mulai memahami konsepnya.
Berkat buku itu, saya berhasil konsep membangun kolam dan funneling.
Seseorang yang tertarik belajar digital marketing pasti akan tertarik dengan buku-buku seperti “Dotcom Secrets”, “Copywriting Secrets”, “Expert Secrets”, atau “$100M Offer”. Keinginan untuk belajar menjadi alasan yang kuat untuk mengambil buku-buku tertentu.
Salah satu alasan lain orang mungkin tidak menyukai membaca adalah karena mereka tidak memiliki teladan. Jika teladan Anda seperti John Ive, tentunya Anda akan tertarik membaca buku tentang desain. Jika Anda mengagumi Albani, kitab Hadits pasti menjadi bacaan penting di rumah Anda. Begitu juga jika Anda mengidolakan anak-anak yang mahir di CoC, buku matematika pasti akan Anda miliki.
Manusia cenderung meniru, oleh karena itu mencari teladan yang bisa menginspirasi kita untuk membaca sangatlah penting.
Alasan lain yang sering membuat orang enggan membaca adalah kebingungan tentang tujuan hidup mereka. Ini adalah masalah umum yang dihadapi banyak orang. David Goggins, misalnya, menyarankan untuk mematikan teknologi dan menghabiskan waktu di ruangan gelap untuk merenung.
Pertanyaan yang perlu kita ajukan pada diri sendiri adalah, “Kemana kita ingin pergi? Apa yang ingin kita capai dalam hidup ini?” Dari situ, kita akan mulai mengetahui jenis buku apa yang sebaiknya kita baca.***
Berbagai sumber